TINJAUAN PUSTAKA
Teori
Tumor otak adalah suatu
pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang terdiri atas Tumor otak
benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di
dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di
dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya
atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya
melalui aliran darah.
Tumor otak dibagi menjadi dua
tipe :
1. Tumor primer, yaitu tumor
yang berasal dari dalam otak sendiri. Bisa berasal dari astrosit,
oligodendrosit, ependimosit, fibroblast arakhnoidal, neuroblas-meduloblas.
2. Tumor sekunder, yaitu tumor
yang berasal dari karsinoma metastasis yang terjadi di bagian tubuh lainnya,
contohnya yang paling sering adalah yang berasal dari tumor paru-paru pada pria
dan tumor payudara pada wanita.
Insidens tumor otak primer
terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000 populasi per tahun. Dimana tumor
otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17% meningioma, 13% adenoma
hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa 60% terletak supratentorial
sedang pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak yang paling sering
ditemukan adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma,
sedangkan pada dewasa adalah glioblastoma multiforme.
II. KLASIFIKASI
Ada beberapa macam klasifikasi,
tetapi yang paling sering dijumpai adalah klasifikasi berdasarkan lokasi, yaitu
:
1.
Tumor supratentorial
a. Hemisfer otak, terbagi lagi :
Glioma
:
-
Glioblastoma multiforme
-
Astrositoma
-
Oligodendroglioma
Meningioma
Tumor
Metastasis
b. Tumor struktur median
Adenoma
hipofisis
Tumor
glandula pienalis
-Kraniofaringioma
2.
Tumor infratentorial
a. Schwanoma akustikus
b. Tumor metastasis
c. Meningioma
d. Hemangioblastoma
II.
ETIOLOGI
Penyebab
tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1.
Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
2.
Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi
bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal
itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3.
Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
4.
Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil
dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf
pusat.
5.
Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan
IV. GEJALA KLINIK
Gejala
klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
1.
Gejala umum
2.
Gejala lokal
3.
Gejala lokal yang menyesatkan (False lokalizing features)
1. Gejala Klinik Umum
Gejala umum timbul karena
peningkatan tekanan intrakranial atau akibat infiltrasi difus dari tumor.
Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental, kejang,
nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas)
menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor
pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan
ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya
hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada
lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru
kemudian memberikan gejala umum.
Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20%
penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya
tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh
perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan
bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor
supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa
posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. (4,9,10)
Perubahan Status Mental
Gangguan
konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya
inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal
atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat
menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma. Tumor di lobus frontalis daerah prefrontal bisa memberikan
gejala gangguan mental sebelum munculnya gejala lainnya, berupa perubahan
perasaan, kepribadian dan tingkah laku serta menderita merasakan perasaan
selalu senang (euforia); jadi menyerupai gejala psikiatris. Makin besar
tumomya, gejala gangguan mental ini semakin nyata dan kompleks. Afasia motorik
(gangguan bicara bahasa berupa hilangnya kemampuan mengutarakan maksud) bisa
terjadi bila tumor mengenai daerah area Broca yang terletak di belahan kiri belakang.
Reflck me-megang (grasp reflex) juga khas untuk tumor di lobus frontalis
ini. Pada stadium yang lebih lanjut bisa terjadi gangguan pembauan (anosmia),
gangguan visual, gangguan keseimbangan dalam berjalan, gangguan bola mata
karena kelumpuhan sarafnya serta edema papil
Seizure
Adalah gejala utama dari tumor
yang perkembangannya lambat seperti astrositoma, oligodendroglioma dan
meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian
tumor pada lobus parietal dan temporal.
Edema Papil
Gejala
umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik
neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak
menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang
berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan
pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap. Tumor di lobus oksipitalis
memberikan gejala awal ter-utama nyeri kepala. Gejala khas yang muncul yaitu
defek lapangan penglihatan sebagian. Lesi di hemisfer dominan bisa menimbulkan
gejala tidak mengenal benda yang dilihat (visual object agnosia) dan
kadang-kadang tidak mengenal warna (agnosia warna), juga tidak mengenal wajah
orang lain (prosopagnosia)
Muntah
Muntah sering mengindikasikan
tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan
adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah
yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa
intrakranial.
2. Gejala Klinik Lokal
Manifestasi lokal terjadi pada
tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim, infark atau edema. Juga akibat
pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion
hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat menyebabkan disfungsi
fokal yang reversibel.
Tumor Kortikal
Tumor lobus frontal menyebabkan
terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks
atau parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal
tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika
hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor
bulbus olfaktorius.
Tumor Lobus Temporalis
Gejala tumor lobus temporalis
antara lain disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, defisit lapangan
pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang parsial
kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan
berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal.
Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan
simple motor atau kejang sensoris.
Tumor Lobus Oksipital
Tumor lobus oksipital sering
menyebabkan hemianopsia homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital
sering ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap cahaya senter,
warna atau pada bentuk geometri.
Tumor pada Ventrikel Tiga
dan Regio Pineal
Tumor di dalam atau yang dekat
dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan
hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan ventrikel sehingga
terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks, muntah dan
kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan ingatan, diabetes
insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.
Tumor Batang Otak
Terutama ditandai oleh disfungsi
saraf kranialis, defek lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan
ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif
dan menimbulkan gejala-gejala umum.
Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala
di bagian oksiput merupakan gejala yang sering ditemukan pada tumor serebellar.
Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol.
3. Gejala Lokal yang
Menyesatkan (False Localizing Features)
Gejala lokal yang menyesatkan
ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor yang sebenarnya. Sering
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, pergeseran dari struktur-struktur
intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika terjadi
peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus
frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum menyebabkan ataksia (frontal
ataksia).
V. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis pada
penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang
dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui
gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan
gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala,
muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin
ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.
Pemeriksaan Penunjang
CT scan dan MRI memperlihatkan
semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita
menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus
atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
Foto polos dada dan pemeriksaan
lainnya juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari
suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple
pada otak.
Pemeriksaan cairan serebrospinal
juga dapat dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa
di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
VI. TERAPI
Pemilihan
jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
-
kondisi umum penderita
-
tersedianya alat yang lengkap
-
pengertian penderita dan keluarganya
-
luasnya metastasis.
Adapun
terapi yang dilakukan, meliputi terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi.
Terapi
Steroid
Steroid secara dramatis
mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung
terhadap tumor.
Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk
menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi efek akibat massa tumor.
Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak dapat direseksi.
Radioterapi
Tumor diterapi melalui
radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000 cGy tiap fraksi
dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada
alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal
dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih
efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif.
Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat
disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi
tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti
meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak,
terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu
sebagai terapi paliatif.
VII. DIAGNOSIS BANDING
Gejala yang paling sering dari
tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial, kejang dan tanda deficit
neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat
menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan
beberapa hal berikut :
- Abses intraserebral
- Epidural hematom
- Hipertensi intrakranial
benigna
- Meningitis kronik. (5)
VIII. PROGNOSIS
Prognosisnya tergantung jenis
tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengan diagnosis dini
dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan
radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar
50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years survival)
berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih
buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit
di Jakarta.
ILUSTRASI KASUS
Seorang
pasien laki-laki berumur 57 tahun masuk bangsal Neurologi RSUP dr. M Djamil
Padang, pada tanggal 24 Oktober 2013
ANAMNESIS : Diperoleh
dari istri pasien
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang:
· Penurunan
kesadaran sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, terjadi secara
berangsur-angsur.
· Awalnya,
sekitar 6 bulan yang lalu pasien mengeluhkan lemah anggota gerak kanan dan
hanya bisa berbicara dengan kalimat-kalimat pendek, akan tetapi pasien masih
dapat melakukan aktivitas harian sendiri seperti menyetir mobil, mandi, makan,
dll tanpa dibantu.
· Sekitar
2 bulan yang lalu kondisi pasien semakin menurun, pasien berjalan dengan
dipapah dan berkomunikasi hanya dengan menggunakan kata-kata.
· Satu
bulan yang lalu pasien hanya terbaring di tempat tidur dan tidak dapat
melakukan semua aktivitas sendiri, awalnya pasien masih menyahut saat ditanya
dengan kata-kata “iya/tidak”.
· Sejak
3 hari yang lalu kondisi pasien semakin
menurun, dan satu hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidak menyahut ketika
dipanggil dan tidak bisa membuka mata.
· Tidak
ada mutah dan tidak disertai kejang.
· Pandangan
ganda dan sakit kepala tidak diketahui sebelumnya.
· Pasien
sudah berobat ke dokter Spesialis Saraf dan diberikan obat-obatan dan rutin
melakukan fisioterapi.
Riwayat Penyakit Dahulu
·
Riwayat stoke pada tahun 2006 dengan
lemah anggota gerak kanan, pulang bisa berjalan
·
Riwayat menderita penyakit keganasan
sebelumnya tidak ada
·
Riwayat hipertensi tidak ada
·
Riwayat diabetes melitus tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
·
Riwayat keluarga dengan penyakit
keganasan sebelumnya tidak ada
·
Riwayat
hipertensi, diabetes mellitus dan jantung tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK (pada tanggal 26 Oktober 2013)
Vital Sign
Keadaan Umum : Sedang Frekuensi Nadi :
112
Kesadaran : Sopor Frekuensi
Nafas : 25
Suhu
: 36,40C Tekanan Darah :
170/100
BB : 50 kg TB : 168 cm
Status Internus:
·
Kulit : tidak ada kelainan
·
Mata : konjungtiva : tidak
anemis
sklera : tidak ikterik
·
Telinga :
tidak ada kelainan
·
Hidung :
tidak ada kelainan
·
Leher :
tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
·
Paru :
Inspeksi : normochest, simetris kiri = kanan
statis dan dinamis
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sonor kiri sama dengan kanan
Auskultasi : bronkovesikuler, ronkhi (+/+), wheezing (-)
·
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari
medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung
dalam batas normal.
Auskultasi : irama teratur,
bising tidak ada.
·
Abdomen
Inspeksi : perut tidak
membuncit, distensi tidak ada
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
normal
·
Punggung :
tidak
ada kelainan
·
Alat kelamin :
tidak diperiksa
Status Neurologikus
Status
neurologikus:
·
GCS : E2M5V2
·
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : - Kernig : -
Brudzinsky I : - Brudzinsky II : -
Laseque : -
·
Tanda peningkatan TIK
Pupil anisokor : -
·
Nervi Kranialis
N. I : sulit dinilai
N.II : sulit dinilai
N.III,IV,VI : pupil
isokor kanan dan kiri, bulat, Ф 2mm/2mm, RC +/+
doll’s eye movement (+), funduskopi : papil
batas tidak tegas,
cupping
kabur, warna hiperemis, AA : VV = 2 : 4, AV cross (+)
Kesam :
papil udem ODS
N.V : reflek kornea
(+/+)
N.VII : plika nasolabialis
kanan lebih datar dibandingkan kiri
N. VIII : tes oculoauditorik (+/+)
N. IX, X : reflek muntah (+), arkus faring simetris kiri
= kanan,
uvula ditengah, nadi teratur
N. XI : sulit dinilai
N. XII : sulit dinilai
·
Pemeriksaan Koordinasi
Cara
berjalan : sulit dinilai
Romberg
test : sulit dinilai
Romberg
dipertajam : sulit dinilai
Tes
jari hidung : sulit dinilai
Supinasi-pronasi : sulit
dinilai
·
Motorik
Kekuatan : dengan tes jatuh lateralisasi ke
kanan
Tonus : eutonus
Trofi : eutrofi
·
Sensorik
Dengan sensasi nyeri (+)
·
Fungsi Otonom
Miksi terpasang kateter
Defekasi ada
Sekresi keringat ada
·
Reflek fisiologis
Biseps : ++/++ Triseps : ++/++
KPR :
++/++ APR : ++/++
·
Reflek patologis
Babinsky : -/- Chadok : -/-
Oppenheim : -/- Gordon : -/-
Schaefer : -/- Hoffman : -/-
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Hb : 14,2 g/dl Ur/Cr :
53/0,3
Ht : 42% Na/K/Cl
: 141/3/105
Leu
: 12.300/ mm3 GDS :
156
Tro : 138.000/mm3
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
EKG
: irama sinus, HR: 110x/I, ST elevasi (-), ST depresi (-), T inverted (-),
SV1+RV6
< 35mm, Kesan : takikardi
Brain
CT Scan : Lesi hiperdens inhomogen bebatas
tegas mengobliterasi ventrikel lateral
kiri
tanpa perifokal udem, sistem ventrikel melebar, sulci dan giri
menghilang
cerebellum, pons, CPA tidak tampak kelainan.
Kesan : SOL
intrakranial susp. tumor dengan hidrosephalus obstruktif
RENCANA PEMERIKSAAN
TAMBAHAN
1.
Rontgen foto thorax
2.
Analisa gas darah
DIAGNOSA
·
Diagnosis klinik
:
Penurunan Kesadaran + Hemiparese Dextra + Parese Nervus VII dextra tipe
sentral dengan peningkatan TIK
·
Diagnosis etiologi : Subkortex serebri hemisfer sinistra
·
Diagnosis topik : SOL (Susp. Tumor Intrakranial)
·
Diagnosis skunder :
CAP
TERAPI
Umum : Elevasi
kepala 30
IVFD Asering
8 jam/kolf
NGT MCRG 6 x
300 kkal
Balance
cairan
Khusus : Citicolin 2 x 250 mg (IV)
Alinamin F 1
x25 mg (IV)
Dexametason
4 x 5 mg (IV)
Ranitidin 2
x 50 mg (IV)
Asetazolamid
3 x 200 mg (PO)
Tamoliv 3 x
1000 mg (IV)
Ceftriaxone
2 x 1 gr (IV)
FOLLOW UP
27 Oktober 2013
S/ - Penurunan kesadaran (+)
- Buka mata spontan (-)
- Muntah (-), Kejang (-), Sesak nafas
(+)
-
Demam (+)
O/ KU : buruk Kesadaran : sopor
TD :
140/90mmHg Nadi : 64x/menit
Nafas :
26x/menit Suhu : 38,50C
SI :
ronkhi (+/+), bunyi jnatung teratur, bising (-), distensi abdomen (-), BU (+)
menurun
SN : GCS:
E2 M5 V2 :9, TRM (-), Peningkatan TIK (-)
N. cranialis :
pupil isokor, Ф 2mm/2mm, RC +/+ (menurun)
Dolls’s eye movement (+), plika nasolabialis
kanan
datar dibandingkan kiri, tes
oculoauditorik(+/+)
Motorik : lateralisasi ke kanan
Sensorik : dengan rangsangan nyeri (+)
Otonom :
miksi terpasang kateter, defekasi ada, keringat ada
A/ Suspect SOL
R/ Brain CT scan dengan kontras
Terapi:
Umum : Elevasi
kepala 30
O2 4
liter/menit
IVFD Asering
8 jam/kolf
NGT MCRG 6 x 300 kkal
Balance
cairan
Khusus : Citicolin 2 x 250 mg (IV)
Alinamin F 1
x25 mg (IV)
Dexametason
4 x 5 mg (IV)
Ranitidin 2
x 50 mg (IV)
Asetazolamid
3 x 200 mg (PO)
Tamoliv 3 x
1000 mg (IV)
Ceftriaxone
2 x 1 gr (IV)
28 Oktober 2013
S/ - Penurunan kesadaran (+)
- Buka mata spontan (-)
- Muntah (-), Kejang (-), Sesak nafas
(+)
-
Demam (+)
O/ KU :
buruk Kesadaran : koma
TD :
140/100mmHg Nadi : 74x/menit
Nafas :
28x/menit Suhu : 38,50C
SI : ronkhi (+/+), bunyi jnatung teratur,
bising (-), distensi abdomen (-), BU (+)
menurun
SN : GCS:
E2 M4 V2 :8, TRM (-), Peningkatan TIK (-)
N. cranialis :
pupil isokor, Ф 2mm/2mm, RC +/+ (menurun)
Dolls’s eye movement (+), plika nasolabialis
kanan
datar dibandingkan kiri, tes
oculoauditorik(+/+)
Motorik : lateralisasi ke kanan
Sensorik :
dengan rangsangan nyeri (+)
Otonom :
miksi terpasang kateter, defekasi ada, keringat ada
A/ Suspect SOL
R/ Analisa gas darah
Terapi:
Umum : Elevasi
kepala 30
O2 4
liter/menit
IVFD Asering
8 jam/kolf
NGT MCRG 6 x
300 kkal
Balance
cairan
Khusus : Citicolin 2 x 250 mg (IV)
Alinamin F 1
x25 mg (IV)
Dexametason
4 x 5 mg (IV)
Ranitidin 2
x 50 mg (IV)
Asetazolamid
3 x 200 mg (PO)
Tamoliv 3 x
1000 mg (IV)
Ceftriaxone
2 x 1 gr (IV)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar