22 Januari 2011

empati

LA, Saturday, January 22, 2011, 6:06 pm

Jadi dokter itu, banyak kebahagiaan memang, bahagia bermanfaat bagi pasien, bermanfaat bagi orangtua dan keluarga, dan bangsa, insyaAllah.

Tapi juga ada kesedihan.

Siapa yang tidak sedih ketika melihat orang lain tak berdaya karena sakitnya, tidak ceria, tidak bisa melakukan apa yang diinginkan, atau bahkan tidak bisa melanjutkan hidup.

Bahkan saking sedihnya kita melihat penderitaan oranglain yang sepertinya tidak bisa ia tanggungkan lagi, maka kita bersedia menggantikan posisinya (pada orang yang kita cintai, apalagi).


 

Tapi, dokter tidak bisa juga larut dalam kesedihan karena penderitaan pasiennya, ntar tiap pasiennya terlihat menderita dia nangis, pas pasiennya meninggal dia meraung-raung.

Ngga.. ga kayak gitu juga

Yang diperlukan adalah empati. Nah, beda kan dengan simpati?

Kita tetap sedih, kita tetap merasakan penderitaannya tapi tidak harus terbawa perasaan hingga menangis dihadapan pasien, ntar dia makin takut kalo2 emang sakitnya bener2 parah :P.


 

Ce pengenlah..

Ditiap blok yang ce pelajari, misalnya sekarang kardiovaskuler, belajar tentang penyakit jantung dan pembuluh darah, pengeeeen banget bisa bercengkrama dengan pasien di RS yang lagi berjuang menghadapi penyakit2 ini. Pengen, pengen, tapi boleh ga ya?

Paling ga mencoba mendekati yang sedang tidak ditunggui keluarganya, paling ga hanya membawakan buah, paling ga hanya bercerita lepas, atau mungkin mau ce bacain al qur'an…

Hmm.. pengen banget, tapi coba survey dulu lah, kira2 bisa atau ngga kalo kayak gitu.


 

Menurut teman2 bisa ga?

Tidak ada komentar:

tweets

temen-temen

translate it

Google-Translate-Chinese (Simplified) BETA Google-Translate-English to French Google-Translate-English to German Google-Translate-English to Italian
Google-Translate-English to Japanese BETA Google-Translate-English to Korean BETA Google-Translate-English to Russian BETA Google-Translate-English to Spanish
Powered by
Grab this widget