Wednesday, June 23, 2010, 5:02 pm
Nenek ce senin sore kemaren pingsan atau lebih tepatnya terlumpuhkan oleh stroke.
Entah ce sanggup menuliskannya kejadian yang terasa sangat cepat terjadi itu kembali atau ga, yang jelas ce tetep pengen peristiwa penting dalam hidup ce ni terekam baik, tak hanya tertimpuk oleh serbuan persoalan lainnya dimasa mendatang. So harus ce tulis, walau yah.. akan membuat si sedih itu semakin akrab dengan ce sekarang.
Berita yang dibawa oleh kak putri (karna ponsel ce mati, ya..ya..ya disaat yang penting dia begitu) membuat ce sedikit cemas,
"ce, kakak ce nelfon, nenek sakit, cepet pulang"
Ce agak kaget, karna tumben harus di suruh pulang, biasanya ma'wo (nenek) jarang sakit, beliau nenek2 86tahun yang masih kuat berjalan, memasak nasi, belanja ke pasar, masa dengan sakit sedikit aja orang udah cemas semua dan ce harus pulang. Berarti ini hal yang gawat.
Ternyata memang gawat.
Beliau tiba2 pingsan setelah makan dan muntah, trus sakit kepala, dan kejang-kejang. Dokter yang sudah bisa dianggap dokter keluarga langsung di panggil, biasanya beliau mendiagnosis setiap ma'wo memeriksakan dirinya selalu dalam keadaan normal,jantung, paru dan yg lain, tapi kali ini lain, tekanan systole darahnya mencapai 180.
Ce coba telpon siapa pun yang bisa menjelaskan keadaan itu. Telpon kak Dati. Kak dati bilang itu kemungkinan stroke.
Ce langsung lemes.
Ya Allah, selamatkan beliau.
Karna ce lagi di padang, maka ce yang bertugas menanti di IGD RS dan mendaftarkan terlebih dahulu.
Sungguh tak tega melihatnya, kejang-kejang, ada stridor(suara ngorok karna hypoxia), dan tekanan darahnya sangat tinggi.
Lalu ma'wo di resusitasi, pasang NGT, EKG, pernapasan dibantu O2. Pertolongan konservatif katanya, ABC dulu sebelum dipastikan dimana perdarahan otaknya dengan CT Scan, pastinya harus nunggu keputusan dari dokter spesialis bedah syaraf dulu, menunggu itu yang bikin ce senewen, ga tega ngeliat ma'wo masih berupaya bertahan dengan kondisinya yang kritis itu. Pasti sakit sekali ketika pembuluh darah di otaknya pecah, ya Allah gugurkanlah dosa2 beliau dengan sakit yang dideritanya…
Ya, itu stroke, ma'wo jadi lumpuh ekstermitas sebelah kanannya, rahang bawahnya mencong/miring ke kanan, tak bisa ngomong. Hanya erangan tak jelas yang bisa menandakan betapa menderitanya beliau.
Sekian lama menunggu akhirnya keputusan utk CT Scan itu dapat juga dilakukan, dan kemudian di pindahkan ke bangsal syaraf.
Sementara itu ce pontang panting lari untuk menebus resep obat yang diberikan, bukan sekali dua kali, tapi sering(benar2 lebih melelahkan daripada lari keliling lapangan ketika olahraga di sekolahan, karna panic pun ikut serta). Tak ingin kehilangan kesempatan ce harus manfaatkan detik demi detiknya, karna untuk penyelamatan stroke golden time nya 3-6 jam post stroke.
Lari ce, lari! Ini masalah nyawa! Lari!
Dan ketika ce udah mendapatkan obatnya ce masih mendapatkan kondisi ma'wo belum stabil, masik sesak nafas, tekanan darah sistole tak mau turun dari 150-160 mmHg, PO2 nya belum normal. Maka dokter pun meresepkan obat utk menanggulangi keadaan itu, lebih banyak obat lagi, dan gawatnya ada obat yang udah tutup depo penjualan resminya, harus cari ke RS lain. Tapi tak mengapa, jika memang itu yang harus dilakukan maka lakukan.
Kakak ce nyeletuk :
"ngapain ce lari2 terus, yang nanganin aja ga segitunya"
Ya… kan emang harus begitu, ce merasa ce harus berpacu dengan waktu, ga mungkin ce jalan nyantai sementara nenek ce lagi butuh obat itu utk menyelamatkan nyawanya. Bukan bermaksud utk terburu-buru yang gegabah, tapi berusaha sekuat tenaga melakukan yang terbaik. insyaAllah, ketika ce diizinkan olehNya utk menjadi dokter kelak, maka akan selalu ce ingat, lakukan yang terbaik yang ce bisa, tak peduli itu sangat melelahkan atau tidak.
Ps: to niwa, jadi dokter itu menyenangkan kok, jangan pandang dari kelelahan yang kita dapat, tapi hasil dari yang kita dapat itu, life saving J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar