32 tahun mereka bersama
Sejatinya itu rentang waktu tak sebentar
Konflik, justru mendekatkan mereka
Mereka bukan pasangan romantis, bukan pasangan agamis
Biasa-biasa saja
(tapi kami peduli apa, mereka tetap luarbiasa)
Pernahkah ada yang menanyakan kenapa orangtua mereka bisa menikah?
I do
Ketika masih SMP malah, ketika umur belasan, melihat teman2 pacaran, jadian-putus-nyambung/jadian, begitulah, jadinya bertanya-tanya, bagaimana proses orang tua saya.
Apa(ayah saya) dengan nyengir menjawab;
Entahlah kenapa bisa, Ama (ibu saya) ce adalah calon ke-40 Apa (saya ketawa lebar, saya antara percaya dan tidak, Apa saya sering membual), ditawarkan ke Umi(ibu ayah saya) beliau merasa cocok lalu kami berkenalan.
Apa pergi ke rumah Ama di Belakang Olo dengan sepeda dari Lapai, bersama Ni Yet (keponakan Apa) lalu kami hanya main di pantai (lalu saya tertawa lagi, membayangkan Apa muda menuntun sepeda beriringan dg Ama dan ni Yet di pantai, pacaran macam itu rasanya tak ada lagi).
Sebentar saja(berkenalannya) lalu kami menikah.
*Kemarin lalu, ama pernah nyeletuk; ni ada undangan dari calon Apa yang ga jadi (oo...bertahun-tahun dari cerita Apa baru saya percaya) anaknya menikah.
Tak mulus memang
Dan memangnya siapa pula yang senang hidupnya mulus-mulus saja
Bagi orang sekitar yang, hidup mereka banyak pahitnya, tapi mereka berhasil(ukuran berhasil itu bukan hanya kaya, sukses saja) satu persatu melewatinya, tertatih sebentar, berjalan normal, tapi rasanya tak pernah lama bisa berlari kencang.
Sekarang , mereka masih bersama( dan semoga selamanya, hingga ke surga, amin)
Kami telah dewasa(at least kedua kakak saya), saatnya melanjutkan estafet kehidupan itu, berbekal didunia dan mendambakan berkumpul di surga.
Allahummaghfirli waliwali dayya warhamhuma kama rabbayana saghira
Sejatinya itu rentang waktu tak sebentar
Konflik, justru mendekatkan mereka
Mereka bukan pasangan romantis, bukan pasangan agamis
Biasa-biasa saja
(tapi kami peduli apa, mereka tetap luarbiasa)
Pernahkah ada yang menanyakan kenapa orangtua mereka bisa menikah?
I do
Ketika masih SMP malah, ketika umur belasan, melihat teman2 pacaran, jadian-putus-nyambung/jadian, begitulah, jadinya bertanya-tanya, bagaimana proses orang tua saya.
Apa(ayah saya) dengan nyengir menjawab;
Entahlah kenapa bisa, Ama (ibu saya) ce adalah calon ke-40 Apa (saya ketawa lebar, saya antara percaya dan tidak, Apa saya sering membual), ditawarkan ke Umi(ibu ayah saya) beliau merasa cocok lalu kami berkenalan.
Apa pergi ke rumah Ama di Belakang Olo dengan sepeda dari Lapai, bersama Ni Yet (keponakan Apa) lalu kami hanya main di pantai (lalu saya tertawa lagi, membayangkan Apa muda menuntun sepeda beriringan dg Ama dan ni Yet di pantai, pacaran macam itu rasanya tak ada lagi).
Sebentar saja(berkenalannya) lalu kami menikah.
*Kemarin lalu, ama pernah nyeletuk; ni ada undangan dari calon Apa yang ga jadi (oo...bertahun-tahun dari cerita Apa baru saya percaya) anaknya menikah.
Tak mulus memang
Dan memangnya siapa pula yang senang hidupnya mulus-mulus saja
Bagi orang sekitar yang, hidup mereka banyak pahitnya, tapi mereka berhasil(ukuran berhasil itu bukan hanya kaya, sukses saja) satu persatu melewatinya, tertatih sebentar, berjalan normal, tapi rasanya tak pernah lama bisa berlari kencang.
Sekarang , mereka masih bersama( dan semoga selamanya, hingga ke surga, amin)
Kami telah dewasa(at least kedua kakak saya), saatnya melanjutkan estafet kehidupan itu, berbekal didunia dan mendambakan berkumpul di surga.
Allahummaghfirli waliwali dayya warhamhuma kama rabbayana saghira
posted from Bloggeroid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar