Writed by : Thesa Aryanti
SKENARIO 1
PENGORBANAN ENZA DEMI ORANG TUA
Enza 18 tahun, seorang mahasiswa kedokteran tingkat awal, sudah tiga hari ini ia menderita batuk dengan riak yang mulanya putih tapi sekarang sudah berubah warna menjadi kekuningan, pilek dan demam. Sebelum sakit ia kehujanan karena bolak-balik naik sepeda motor dari rumah kos ketempat tinggal orang tua Enza untuk merawat ibunya yang sedang sakit. Enza kemudian berobat ke puskesmas didekat kosnya. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada Enza, didapatkan adanya febris, malaise, sneezing, rhinorrhoea,pharyngitis dengan suhu 38°C dan adanya ronki basah halus nyaring dibagian basal punggung kanan.
Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan darah rutin, kultur dan sensitifiti kuman banal dari sputum serta foto toraks agar dapat memberikan terapi yang sesuai.
Sementara menunggu hasil pemeriksaan, dokter menasehatkan Enza agar beristirahat, minum air putih yang banyak, jangan dekat dengan anak balita karenadapat menular, memberikan parasetamol, dekongestan serta kombinasi amoxicillin dan asam klavulanat. Selain itu, dokter juga berpesan kepada Enza untuk Menutup mulutnya dengan sapu tangan setiap kali batuk. Enza dapat dirawat dirumah, tapi bila tidak patuh dengan nasehat dokter, penyakitnya bisa menjadi parah dan membutuhkan rawatan dirumah sakit. Bagaimana saudara dapat menjelaskan keadaan yang dialami oleh Enza ini?
Terminologi
- Riak à Lendir yg keluar dari tenggorok saat terserang batuk
- Sneezing à Mengeluarkan udara secara paksa dan involunter melalui hidung atau mulut, disebabkan karena adanya iritasi pada membran mukosa
- Rhinorrhea à Keadaan yang menunjukkan adanya Discharge bebas berupa lendir cair yang keluar dari hidung
- Faringitis à radang pada faring karena infeksi virus dan
bakteri
- Febris à Keadaan suhu tubuh diatas normal (37,5°C)
- Parasetamol à Derivat paraaminofenol yang berfungsi
sebagai antipiretik, analgetik ringan, dan
anti inflamasi sangat lemah
- Dekongestan à Agen simpatomimetik yang bisa
meredakan hidung tersumbat (venokonstriktor)
- Amoxicillin à Derivat penicillin yang bersifat sebagai
antimikroba (golongan beta-laktam)
- Asam klavulanat à Inhibitor beta-laktam
- Malaise à Perasaan tak menentu berupa tak nyaman dan lelah
Identifikasi Masalah
1. Mengapa Enza pilek, demam, batuk dengan riak yang awalnya putih lalu menjadi kekuningan?
- Pilek : Hipersekresi mukus
- Demam : Kenaikan suhu tubuh karena infeksi
- Batuk : Mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeluarkan benda asing dari saluran
pernafasan
- Riak kekuningan : Mukus yang sudah bercampur
dengan sel-sel PMN
2. Apakah ada hubungan Enza yang kehujanan, bolak-balik naik motor dengan kondisi Enza sekarang ?
Ada. Kebiasaan Enza bolak-balik naik motor menyebabkan ia sering terpapar oleh polusi udara dan menurunnya sistem imun akibat kehujanan sehingga mudah terkena infeksi.
3. Apa interpretasi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada Enza?
Febris : Demam, suhu tubuh meningkat
Malaise : Lemah karena kondisi tubuh yang tidak fit
Sneezing : Proses untuk mengeluarkan sekret
Ronkhi : Penumpukan cairan di saluran nafas
Faringitis : Radang pada faring karena mikroorganismenya menetap di faring
4. Apa tujuan pemeriksaan penunjang ?
Foto toraks : Untuk melihat infiltrat di paru
Darah rutin : Pemeriksaan leukosit
Kultur : Mencari organisme penyebab
Sensitifitas : Untuk melihat antibiotik mana yang cocok
5. Mengapa dokter menasihati Enza untuk beristirahat dan minumk air putih yang banyak ?
Istirahat : Memulihkan kondisi tubuh
Minum air putih : Membantu menurunkan suhu tubuh
6. Mengapa dokter memberikan kombinasi amoxicillin dan asam klavulanat ?
- Untuk memperluas spektrum
- Bakteri yang menghasilkan beta-laktamase à amoxicillin + asam
klavulanat
- Bakteri yang tidak menghasilkan beta-laktamase à amoxicillin
7. Apa sebenarnya yang terjadi pada Enza ?
Infeksi saluran nafas atas akut (Pneumonia)
Sistematika
Learning Objective
Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan tentang :
1. Epidemiologi ISPA
2. Etiologi ISPA
3. Patogenesis dan Patofisiologi ISPA
4. Manifestasi Klinis ISPA
5. Pemeriksaan (Fisik & Penunjang) ISPA
6. Diagnosa ISPA
7. Tatalaksana ISPA
8. Komplikasi ISPA
9. Prognosis ISPA
1. Rinithis (COMMON COLD)
Epidemiologi :
Sering terjadi pada anak-anak usia < 3 tahun
(6- 8 kali episode tiap tahunnya)
Etiologi :
Virus (paling sering) dan bakteri
Yang tersering : rhinovirus (25-80%)
coronavirus (10-20%)
virus influenza (10-15%)
Virus lain : adenovirus, coxsackie virus, echo virus.
Manifestasi Klinis :
- Gejala koriza :
pengeluaran cairan nasal berlebihan, bersin, mata berair, sakit kepala, nyeri otot
- Gejala faringeal :
sakit tenggorokan, peradangan pada faring dan pembesaran kel. adenoid yg menyebabkan obstruksi nasal, batuk, rasa kedinginan, parau
- Gejala faringokonjungtival :
gejala faringeal yang disusul oleh konjungtivitis + fotofobia + rasa sakit pada bola mata
- Gejala influenza :
demam, menggigil, lesu,sakit kepala, nyeri otot, dll
Penatalaksanaan :
- Common cold dapat sembuh dengan sendirinya dengan cara istirahat yang cukup
- Infeksi Virus : tidak perlu terapi spesifik
Antivirus :
Influenza A : amantadine dan rimantadine diberikan dalam 48 jam setelah onset
Influenza A & B : Inhibitor neuraminidase
Infeksi sekunder oleh bakteri : antibiotic
2. FARINGITIS
à Suatu peradangan pada tenggorokan (faring)
Etiologi :
- Bakteri : streptokokus β haemolitikus grup A, pneumokokus, n. gonorrhoeae,c.diphtheria, h. influenza
- Virus : rhinovirus, adenovirus, parainfluenza virus dan coxsackie virus.
Manifes :
- Demam tinggi
- Nyeri tenggorokan
- Sulit menelan
- Suara serak
- Tonsil membesar disertai eksudat putih-putih
- Tonsil dan faring hiperemis
Kelenjar limfe di leher teraba dan nyeri bila ditekan
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan
- Skrining terhadap bakteri streptokokus
- Leukositosis
Terapi :
- Faringitis yang disebabkan oleh bakteri :
diberi penisilin, jika alergi penisilin beri eritromisin
- Faringitis yang disebabkan oleh virus :
beri aspiria, acetominopher untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan
dianjurkan istirahat di rumah, karena faringitis karena virus dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan
3.Croup (Laringotrakeobronkhitis)
Suatu grup penyakit heterogen yang mengenai laring,trakea, dan bronkhitis
Jenis :
- Viral Croup : ada gejala prodoromal infeksi respiratorik (gejala obstruksi saluran respiratorik selama 3-5 hari)
- Spasmodic Croup : ada faktor atopik, tanpa gejala prodromal. Pada anak-anak dpt terjadi obstruksi saluran nafas tiba-tiba selama beberapa saat
- Epidemiologi : sering pada anak-anak usia 6 bulan – 6 tahun
- Etiologi : human parainfluenza virus (HPIV 1,2,3,4), virus influenza A dan B, adenovirus, respiratory syncytial virus, virus campak
- Patogenesa :
- Infeksi pada nasofaringàmenyebar ke epitel trakea,laringàradang difus,eritema,edemaàmobilitas pita suara tergangguàsuara serak, turbulensi aliran udaraàstridoràretraksi dinding dadaàpasien lelahàhipoksiaàgagal nafas
Manifestasi Klinis :
Batuk menggonggong Hidung berair
Suara serak Disfagia
Stridor inspirasi Demam
Demam Malaise
Pemeriksaan :
- Laboratorium : Leukositosis
- Radiologi : gambaran udara steeple sign (menara)
Tatalaksana :
- Inhalasi uap dingin untuk melembabkan saluran nafas, meringankan inflamasi, mengencerkan lendir
- Epinefrin untuk menurunkan permeabilitas vaskular epitel bronkus dan trakea memperbaiki edema mukosa laring dan meningkatkan laju udara pernafasan
- Kortikosteroid untuk mengurangi edema mukosa laring
- Intubasi endotrakeal untuk mengatasi obstruksi nafas
- Kombinasi oksigen dan helium untuk meningkatkan oksigenase darah
- Antibiotik : sefalosporin generasi 2/3 untuk infeksi bakteri
4. Bronkitis
à Proses inflamasi yang mengenai trakea dan bronkus
Jenis :
a) Bronkitis Virus
Etiologi : rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, paramyxovirus
b) Bronkitis Bakteri
Etiologi : Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae
Manifestasi Klinis :
Batuk kering (fase awal) sakit tenggorokan
Hidung tersumbat nyeri retrosternal
Pilek gatal pada kulit
Sesak nafas Sputum banyak
Terapi :
- Tirah baring
- Hindari udara dingin/ kering
- Obat batuk yang mengandung kodein/dekstrometorfan untuk batuk kering pada fase awal Antibiotika jika penyebabnya bakteri
5. Bronkiolitis
- Penyakit IRA- bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolius
- EPIDEMIOLOGI
tersering pada bayi 2-24 bulan, puncak 2-8 bulan.
95% dibawah 2 tahun, 75% dibawah 1 tahun
sering pada laki-laki tidak dapat ASI dan lingkungan padat penduduk
- ETIOLOGI
umumnya oleh virus (95% RSV, sisanya adenovirus, influenza, rhinovirus, parainfluenza)
- PATOFISIOLOGI
Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus menyebabkan respon inflamasi akut (udem, timbunan debris mati, dan sekresi mukus) diikuti inlfitrasi limfosit peribronkial dan edema submukosa.
sedikit saja penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang besar, terutama pada bayi yg penampang saluran respiratori kecil.
Resistensi bronkiolus meningkat selama fase inspirasi
dan ekspirasi, tetapi karna radius saluran respiratori
kecil pada ekspirasi, maka terjadi air trapping dan
hiperinflasi.Proses ini akan mengganggu pertukaran gas
normal di paru, sehingga terjadi penurunan
kerjaventilasi paru -> ketidakseimbangan ventilasi
perfusi -> hipoksemia dan hipoksia jaringan.
- MANIFESTASI KLINIS
Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer dan bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam dan nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang ditandai oleh batuk paroksismal, wheezing, sesak napas.
Bayi-bayi akan menjadi rewel, muntah serta sulit
makan dan minum.
- Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam
sama sekali dan bahkan ada yang mengalami
hipotermi.
- Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali permenit,kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat.
- Terdapat nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi. Retraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru). Terdapat ekspirasi yang memanjang , wheezing yang dapat terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop, serta terdapat crackles. Hepar dan lien teraba akibat pendorongan diafragma karena tertekan oleh paru yang hiperinflasi. Sering terjadi hipoksia dengan saturasi oksigen <92% pada udara kamar.
- DIAGNOSIS
Kriteria bronkiolitis terdiri dari:
(1) wheezing pertama kali,
(2) umur 24 bulan atau kurang,
(3) pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi virus misalnya batuk, pilek, demam dan
(4) menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang dapat menyebabkan wheezing.
- Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor Respiratory Distress Assessment Instrument (RDAI), yang menilai distres napas berdasarkan 2 variabel respirasi yaitu wheezing dan retraksi. Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat, bila skor kurang 3 dimasukkan dalam kategori ringan.Pulse oximetry merupakan alat yang tidak invasif dan berguna untuk menilai derajat keparahan penderita. Saturasi oksigen < 95% merupakan tanda terjadinya hipoksia dan merupakan indikasi untuk rawat inap.
- Tes laboratorium rutin tidak spesifik. Hitung lekosit biasanya normal.
Pada x-foto lateral, didapatkan diameter AP yang bertambah dan diafragma tertekan ke bawah. Pada pemeriksaan x-foto dada, dikatakan hyperaerated apabila kita mendapatkan: siluet jantung yang menyempit, jantung terangkat, diafragma lebih rendah dan mendatar, diameter anteroposterior dada bertambah, ruang retrosternal lebih lusen, iga horisontal, pembuluh darah paru tampak tersebar.
- TATALAKSANA
1. Terapi suportif: oksigenasi, pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi, dan nutrisi yang adekuat.
2. Bronkiolitis ringan biasanya bisa rawat jalan dan perlu diberikan cairan peroral yang adekuat. Bayi dengan bronkiolitis sedang sampai berat harus dirawat inap.
3. Penderita resiko tinggi harus dirawat inap, diantaranya: berusia kurang dari 3 bulan, prematur, kelainan jantung, kelainan neurologi, penyakit paru kronis, defisiensi imun, distres napas. Tujuan perawatan di rumah sakit adalah terapi suportif, mencegah dan mengatasi komplikasi, atau bila diperlukan pemberian antivirus.
Penanganan bronkiolitis:
1. Cairan dan nutrisi: adekuat, tergantung kondisi penderita
2. Oksigenasi dengan oksigen nasal atau masker, monitor dengan pulse oxymetry dan bila perlu dilakukan analisa gas darah. Bila ada tanda gagal napas diberikan bantuan ventilasi mekanik.
3. Bronkodilator: nebulasi agonis beta2: salbutamol 0,1 mg/kg BB/dosis, diencerkan dengan cairan normal saline, diberikan 4 – 6 kali per-hari
4. Steroid, pada bronkiolitis berat: deksametason 0,1-0,2 mg/kg/dosis, IV
5. Antibiotika: penyakit berat, keadaan umum kurang baik, curiga infeksi sekunder
6. Digitalisasi: bila ada tanda payah jantung
6. PNEUMONIA
- EPIDEMIOLOGI
- 15-30%
- Dominan pada pasien dengan 1/lebih penyakit dasar
- sering pada lansia
- ETIOLOGI
- inhalasi bahan2 organik & anorganik
- obat-obatan
- mikroorganisme : bakteri, virus, fungi, protozoa
- FAKTOR RISIKO
- Usia >65 dan <5 tahun
- penyakit kronik (ginjal, paru)
- DM
- Imunosupresi
- ketergantungan alkohol
- malnutrisi
- ventilasi mekanik
- lingkungan
- pasca operasi
- PATOFISIOLOGI
infeksi dalam alveoli à membran paru meradang dan berlobang-lobang à cairan, eritrosit, leukosit keluar dari darah dan masuk ke dalam alveoli à infeksi menyebar dari alveolus ke alveolus à Daerah luas pada paru à konsolidasi (paru terisi cairan dan sisa2 sel)
MANIFESTASI KLINIS
stadium awal = proses penumonia dapat dilokalisasikan dengan baik hanya pada satu paru, disertai penurunan ventilasi alveolus, tetapi aliran darah melalui paru tetap normal
mengakibatkan 2 kelainan utama pada paru:
- penurunan luas permukaan total membran pernapasan
- menurunkan rasi ventilasi-perfusi
hipoksemia dan hiperkapnia
darah yang mengalir melalui paru yang teraerasi menjadi 97% tersaturasi dengan O2, sedangkan yang mengalir melalui sisa paru tidak teraerasi hanya 60% tersaturasi dengan O2.
saturasi rata-rata darah yang dipompakan jantung kiri ke aorta hanya sekitar 78%
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
a. Evaluasi faktor pasien
- PPOK (h. influenzae)
- kejang / tidak sadar
- penurunan imunitas
b. Lokasi infeksi
- PK
- PN
c. Usia pasien
- bayi (virus)
- dewasa muda ( m. pneumoniae)
- dewasa (s. pneumonia)
d. Awitan
- akut (s. pneumonia)
- knronik (m. pneumonia)
2. Pemeriksaan fisik
a. Oleh virus : mialgia, malaise, batuk kering dan non produktif
b. Klasik : demam, sesak napas, tanda konsolidasi paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologis
- lesi berupa kavitasi air fluid level sugestif
b. Labor
- leukositosis (bakteri)
- normal / rendah (virus/mikoplasma/ pada infeksi berat)
- faal hati mungkin terganggu
c. Bakteriologis
- ambilan sputum, darah, aspirasi naso trakeal, bronkoskopi,
biopsi)
- COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA
- EPIDEMIOLOGI
Insidensi tahunan : 5-11 kasus per 1000
15-45% perlu dirawat di RS
Insidensi paling tinggi pada pasien yg sangat muda dan lansia
mortalitas : 5-12% pada pasien dirawat di RS
25-50% pada pasien ICU
- Manifestasi klinis
1. gejala umum : malaise, demam, kaku otot, mialgia
2. gejala spesifik pada toraks : dispnea, pleuritis, batuk, hemoptisis
3. sianosis, takikardi, takipnea, dengan pekak fokal, pernapasan bronkial, rub pleuritik pada pemeriksaan torak
4. pada pasien muda / tua / pneumonia atipikal (mycoplasma) : gambaran nonrespirasi dapat menonjol (konfusi, diare, ruam)
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes darah rutin : hitung sel leukosit, protein reaktif C, hemolisis dan aglutinin, tes fungsi hati abnormal
2. Gas darah : identifikasi gagal napas
3. Mikrobiologi : kultur darah pada kasus yang berat
4. Radiologi : foto toraks dan CT Scan
- PENILAIAN KEPARAHAN
1. Klinis : usia >60 tahun, laju respirasi >30/menit, TD diastolik <60mm Hg, fibrilasi atrial, konfusi
2. Labor : urea > 7mmol/L, albumin <35g/L, hipoksemia, leukopenia, bakteremia
- PENATALAKSANAAN
1. Tindakan suportif
- O2 untuk mempertahankan PaO2 >8 kPa
- Resusitasi cairan IV untuk memastikan stabilitas hemodinamik
- Bantuan ventilasi
- Fisioterapi dan bronkoskopi untuk membantu bersihan sputum
2. Terapi antibiotik awal
- Pasien yang tidak dirawat di RS : respon terhadap terapi oral dengan
amoxicilin / makrolid baru
- Pasien dirawat di RS : terapi awal harus mencakup organisme
atipikal dan s. pneumonia dengan makrolid IV + betalaktam /
fluorokuinolon
- HOSPITAL ACQUIRED PNEUMONIA
- EPIDEMIOLOGI
Insidensi : 5-10 kasus per 1000 org yang keluar RS
Paling tinggi terjadi di bangsal bedah dan ICU
mortalitas : 30-70%
- PATOGENESIS
Aspirasi bahan orofaring, kebocoran melalui mulut sal. Endotrakeal, inhalasi
Patogen masuk ke trakea
Konsolidasi setelah dapat melewati mekanisme pertahanan tubuh
Proses infeksi Onset dini (terjadi dalam 4 hari pertama)
Onset lambat (>4 hari)
- MANIFESTASI KLINIS
- infiltrat radiografis baru terjadi dengan gejala yang menunjukkan infeksi (demam >38C, sputum purulen, leukositosis, hipoksemia)
- tes diagnostik (sensitivitas antibodi) = hitung darah lengkap, gas darah, serologi, kultur darah, aspirasi efusi pleura
- TERAPI
1. suportif
2. antibiotik
- onset dini : spektrum sempit (seftriakson, fluorokuinolon)
- onset lambat : spektrum luas (sefalosporin, antipseudomonas)
1 komentar:
Read Full Article Dior Dolabuy his response https://www.dolabuy.su our website Dolabuy Bottega Veneta
Posting Komentar