05 Agustus 2013

My second family

Waktu kecil ce dibesarkan oleh 2 keluarga ce dan keluarga angkat ce.
Katanya sih, umur 3 bulan ce udah ditinggal pergi siang hari oleh ama dan dititip ke tetangga sebelah, resiko pny ibu wanita karier, haha.
Keluarga angkat ce keluarga yg menyenangkan, ada Apak Bidon dan Ibuk, pasangan yang unik, apak yang sangat mendominasi dalam pembicaraan dan banyak petatah petitihnya, ibuk yang kalem namun suka tertawa.
Ada Uda Batar, yang sering sekali kalau ice kecil menangis dia yang menggendong di bahunya dan membawa main ke pantai parupuak tabiang atau sekedar jajan di warung terdekat.
Ada ninem yang hanya ce kenal banyak di foto hoka-hoka bentonya, ce panggil imem.
Ada ninom yang cerewet, tapi jarang dirumah, ce panggil imom.
Ada niya yang alim, yang ngajarin ce ngaji, ce panggil ila.
Ada da wana, abang sepersusuan (katanya), anak bungsu yang bersaing perhatian ibuk dengan kami kurcaci kecil pendatang :).
Mereka orang agam, tepatnya orang baso, jadi bahasanya cukup berbeda, makannya selalu tersedia pucuak ubi dan ikan asin.

Keluarga yang mengajarkan kami disipli keluarga yang mengajarkan kami mandiri.

Kalau ice kecil tak mau mengaji atau tak mau sholat isya, pasti ada hukumannya (tidur di kamar mandi, hihi), kalau ujian TV menjadi haram untuk hidup, terkecuali utk berita yg ditonton Apak.

Kalau ke keluarga manapun yang datang berkunjung atau kami kunjungi di kampung pasti diperkenalkan seperti ini :
"iko namonyo celi, anak bungsu kami"

Hoho, lebaran kali ini dapat tawaran lagi untuk berkumpul bersama di Baso, Agam.
peduli amat mau ujian. Pokoknya lebaran ini harus seru :D

Tidak ada komentar:

tweets

temen-temen

translate it

Google-Translate-Chinese (Simplified) BETA Google-Translate-English to French Google-Translate-English to German Google-Translate-English to Italian
Google-Translate-English to Japanese BETA Google-Translate-English to Korean BETA Google-Translate-English to Russian BETA Google-Translate-English to Spanish
Powered by
Grab this widget