27 Februari 2014

Menyoal foto #selfie

Selalu saja ngetren dengan segala istilahnya.
dulunya sih foto narsis.
Foto alay.
Sekarang foto selfie.

Saya hanya sesekali (mmmmppghhhh..bwahaha sekali tapi langsung bnyk maksudnya) melakukan hal itu. Tapi untuk memajangnya ditempat mata leluasa memandang mungkin tidak semudah kengkawan yang lain.

Dulu jaman2 friendster ada juga upload2 foto, tapi seringnya foto bareng teman2. Pas di fb, karena saking banyanyaknya orang bisa lihat, bisa kepoin, jadi memutuskan membatasi untuk itu, terutama kalau di tag foto hasil jepretan teman saya langsung hapus tag, ga tau deh teman itu atau ngga, tersinggung atau ngga tag nya saya hapus.

Banyak godaan euy, apalagi dengan instagram. Dengan profil picture Whatsapp yang bisa diganti sekenanya.
Tapiii..walaupun dua hal diatas ga bisa di unduh orang tetap aja ada kesempatan untuk screencapture kan. Hehe ge er benjet sih ce.
Umm yah, pencegahan, profilaksis.

Dan sebenarnya saya ga mau orang menilai saya dari tampilan luar saja, "dari labuah se" -dari kejauhan, setidaknya harus berinteraksi dlu dg saya baru tau menilai seperti apa.


Dan, sedikit buka rahasia, foto selfie saya saya capture sendiri, print sendiri dan tempel sendiri di dinding kamar. Hahaha khas remaja banget. Rasanya sih ga masalah, saya sudah cukup menyalurkan hasrat selfie (plak, gempor kepala sendiri) dengan itu. Yang jadi masalah adalah jikalau saja ada maling yang masuk, trus dia liat dong, iii serem. Astaghfirullah semoga tidak akan pernah terjadi

Tidak ada komentar:

tweets

temen-temen

translate it

Google-Translate-Chinese (Simplified) BETA Google-Translate-English to French Google-Translate-English to German Google-Translate-English to Italian
Google-Translate-English to Japanese BETA Google-Translate-English to Korean BETA Google-Translate-English to Russian BETA Google-Translate-English to Spanish
Powered by
Grab this widget