dia yang pernah menyelipkan genggamannya di tanganku, yang sumpah, pada awalnya saya jengah, tak biasa, sampai sekarang pun tak biasa.
untung saja, ya untung saja hanya sekali itu ia melakukannya. tapi membekas.
selanjutnya hari-hari kami nano-nano.
saya membuka diri kepadanya.
kadang saya sesali, kadang tidak.
saya percaya dia, sekarang entah kenapa menjadi tidak.
pahit sekali mengakuinya.
dia yang pernah menggenggam tangan ini.
dalam frame nya skrg, pastilah saya sebuah masa lalu yang usang, yang ga perlu disentuh. (mandeh,melow itu ga enak banget)
atau saya nya yang sekarang tidak mau tersentuh?
dulu pada awalnya cerita kami juga tak sama, sekarang pun begitu. tapi sekarang seperti berjalan diatas garis sejajar. tak pernah ketemu, berpapasan ada. tapi tak pernah berhenti sejenak untuk menyapa. saya malas melakukannya, apalagi dia.
oke, saya hepatitis sekarang, et causa nya saya tau, obatnya saya belum nemu
untung saja, ya untung saja hanya sekali itu ia melakukannya. tapi membekas.
selanjutnya hari-hari kami nano-nano.
saya membuka diri kepadanya.
kadang saya sesali, kadang tidak.
saya percaya dia, sekarang entah kenapa menjadi tidak.
pahit sekali mengakuinya.
dia yang pernah menggenggam tangan ini.
dalam frame nya skrg, pastilah saya sebuah masa lalu yang usang, yang ga perlu disentuh. (mandeh,melow itu ga enak banget)
atau saya nya yang sekarang tidak mau tersentuh?
dulu pada awalnya cerita kami juga tak sama, sekarang pun begitu. tapi sekarang seperti berjalan diatas garis sejajar. tak pernah ketemu, berpapasan ada. tapi tak pernah berhenti sejenak untuk menyapa. saya malas melakukannya, apalagi dia.
oke, saya hepatitis sekarang, et causa nya saya tau, obatnya saya belum nemu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar