08 Maret 2011

Ukhti Hatimu Dijendela Dunia

Ukhti…Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho tuhanmu, mungkinkah besarnya kerudungmu hanya di gunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang, atau mungkin kerudung besarmu hanya di jadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang di idamkan bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan di jadikan sebagai identitasmu saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat dan di kagumi oleh banyak ikhwan.

Ukhti…Tertutupnya tubuhmu tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri antunna sendiri, coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi, bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manis mu.

Ukhti…Lembutnya suaramu mungkin selembut sutra bahkan lebih dari pada itu, tapi akankah kelembutan suara antunna sama dengan lembutnya ksasihmu pada saudaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu.

Ukhti…Lembutnya Parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir, akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.

Ukhti…Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju Tuhanmu dengan bangun di tengah malam dan di temani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan. Atau sebaliknya, malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan dan di nina bobokan dengan mimpi-mimpi negatifmu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.


Ukhti…Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antuna dapatkan, ataukah antunna tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat.

Ukhti…Cantiknya wajahmumu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri antunna sendiri, pernahkah antunna menyadari bahwa kecantikan yang antunna punya hanya titipan ketika muda, apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan antunna masih terlihat cantik, jangan-jangan kecantikanmu hanya di jadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu.

Ukhti…Tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukan musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan antunna hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu.

Ukhti…Tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamu yang tertindas di Palestina, pernahkah antunna menangis ketika mujahid-mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuek bebek membiarkan begitu saja, pernahkah antunna merasakan bagaimana rasanya berjihad yang di lakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan.

Ukhti…Lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat, coba antunna perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman, saudara bahkan keluarga antunna sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman. Mereka belum merasakan apa yang antunna rasakan, bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berperilaku binatang yang tak karuan, sanggupkah antunna menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang antunna rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemuliaan Islam.

Ukhti…Tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada Sang Khalikmu, antunna adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul di jaga olehmu, banyak cara yang harus antunna lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba….?

Ukhti…Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri, masih kah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya dan sombong, pernahkah antunna membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah di raih dan merasa diri paling wah, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas di atas rata - rata akhwat yang lain, sesombong itukah hatimu? lalu di manakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu.

Ukhti…Rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infakmu ke mesjid atau mushola, sadarkah antunna kalo kotak - kotak nongkrong di masjid masih terlihat kosong dan menghawatirkan, tidakkah antunna memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang antunna masukan, maukah antunna di beri rizki sepelit itu?

Ukhti…Rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunnah senin- kamis yang antunna laksanakan , kejujuran hati tidak bisa dibohongi, kadang semangat fisik begitu bergelora untuk di laksanakan. Tapi, semangat ruhani tanpa di sadari turun drastic, puasa ayyaumul bidh pun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang di rasakan terlalu sering dalam seminggu, separah itukah hati antuna? makanan fisik yang antuna pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi.

Ukhti…Manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang antunna lewati, sikap ramahmu pada orang antuna temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuek dan menyebalkan, kalau itu kenyataannya bagaiamana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader. Ingat!!! Dakwah tidak memerlukan antunna tapi… antunnalah yang memerlukan dakwah, kita semua memerlukan dakwah.

Ukhti…Rajinnya shalat malammu tidak menjamin keistiqomahan seperti Rosulullah sebagai panutanmu.

Ukhti…Ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang kholikmu, masihkah antunna senang bermanjaan dengan tuhanmu dengan shalat dhuhamu, shalat malammu?

Ukhti…Dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi, akankah nama harummu disia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah antuna ketika sang mujahid akan segara menghampirimu.

Ukhti…Masih ingatkah antunna terhadap pepatah yang masih terngiang sampai saat ini bahwa "akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik", jadi siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu.

Ukhti…Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam surga Rabbmu. Maka, tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek, tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimu.

Ukhti…Muhasabah yang antunna lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan antunna yang di lakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu, sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelum tidur, antunna tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlak busuk mu di lupakan, kenapa muhasabah tidak di jadikan sebagai moment untuk perbaikan diri? bukankah akhwat baik yang hanya akan mendapatkan ikhwah yang baik.

Ukhti…Pernahkah antunna bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap dan pasti, bukankah apa yang antunna pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin mencari isteri yang solehah dan seorang mujahidah, kenapa tidak dari sekarang antunna mempersiapkan diri menjadi seorangan mujahidah yang solehah.

Ukhti…Apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri antuna, seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton tv yang tidak karuan dan hanya akan mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa Bantu orang tua, kapan akan menjadi anak yang birruwalidain, kalau memang itu terjadi jadi sampai kapan, mulai kapan antunna akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat solehah.

Ukhti…Apakah pandanganmu sudah terpelihara, atau pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa, atau tundukan pandangannmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar.

Ukhti… Hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah antuna menjaga izzah yang antuna punya, atau sebaliknya antuna bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra akhwat yang lain, kadang orang lain akan mempunyai persepsi di sama ratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang lain, jadi kalo antunna sendiri membuat kebobrokan akhlak maka akan merusak citra akhwat yang lain.

Ukhti…Dirimu menjadi dambaan semua orang, karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan isteri yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan isteri yang solehah, siapkah antunna sekarang menjadi isteri solehah yang selalu di damba-dambakan oleh semua orang?


 

Tulisan di atas jelas bukan tulisan ce, ce lupa pernah mengambilnya darimana, sotoy nya bukan dalam file web juga di save nya, maaf untuk tidak memberi link ke sumbernya.

Tulisan di atas, sangat keras, ah ya.. mungkin bagi hatinya sensitif akan luluh lantak untuk tamparan keras itu, tapi sepertinya itu perlu, untuk cambuk diri, untuk bisa lebih ikhlas lagi kedepannya, untuk menjadi lebih baik lagi, untuk bisa melepaskan hal-hal buruk itu dari diri, untuk … yah.. untuk itulah.. saya kehilangan kata-kata tiba-tiba.

Tidak ada komentar:

tweets

temen-temen

translate it

Google-Translate-Chinese (Simplified) BETA Google-Translate-English to French Google-Translate-English to German Google-Translate-English to Italian
Google-Translate-English to Japanese BETA Google-Translate-English to Korean BETA Google-Translate-English to Russian BETA Google-Translate-English to Spanish
Powered by
Grab this widget