06 September 2013

Filosofi makanan ala ice

Entah kenapa, jika ce memasak, untuk bumbu-bumbu awal ce tidak mau mencobanya, tuang ini tuang itu, masukin ini masukin itu, baru setelah akan matang itu semua dicobain, baru ditambahkan apa yang kurang.
Atau mungkin memang metode awal ce belajar dari mengamati tanpa banyak tanya pada setiap apa yang ma'wo ce racik kemudian esok-esoknya ce dilepas sendiri memasak sendirian di dapur, hasil akhir baru dicoba cicip oleh ma'wo di depan rumah yang lagi jagain warung.
Mungkin seperti itu.


Dan entah kenapa untuk masakan ce sendiri ce ga terlalu bernafsu memakannya, walaupun di depan ce yang makan sepertinya sangat menikmatinya.
Kayaknya ngeliatnya (makanan dan orang yang makanin) itu udah kenyang.
Tapi kalau dimasakin, ce suka, apapun hasilnya :)
Ce suka masakan ma'wo, ce suka nasi goreng ama, ce suka masakan niwa, mba aini, yola, mama yola, metha, mereka masak dengan cinta :).

Well, seenak2nya makanan yg terhidang, ce selalu menahan diri untuk tidak pernah nambah nasi, haha pipi ini bisa meledak. Tapi kalau kerupuk, agiah se lah.

Tidak ada komentar:

tweets

temen-temen

translate it

Google-Translate-Chinese (Simplified) BETA Google-Translate-English to French Google-Translate-English to German Google-Translate-English to Italian
Google-Translate-English to Japanese BETA Google-Translate-English to Korean BETA Google-Translate-English to Russian BETA Google-Translate-English to Spanish
Powered by
Grab this widget