06 April 2010

Kupu-kupu yang terbang sendirian

Monday, April 05, 2010, 2:29 pm

Pernahkah ce memikirkan untuk keluar dari lingkungan kondusif ini?

Ah, sepertinya pernah, karna memang terkadang kita pernah menemui hal2 yang tidak kita ingini, bahkan ditempat yang sudah dianggap sempurna sekali pun.

Tapi, ce mikir jauh lagi, baikkah?

Baikkah jika ce menciptakan jarak dengan mereka yang selama ini menjadi pengingat ketika alpa, pemerhati ketika bermasalah, pemotivator ketika semangat ini lagi hobi memperturutkan si malas , pembuat iri hati ketika mereka lebih baik dari ce, baik itu dlm hal ibadah dan akademik(ntar kan jadi tersulut untuk mjd lebih baik) ???

Sepertinya TIDAK.


 

Lingkungan yang kondusif itu gimana sih?

Hmm… tergantung sih

Bagi ce skrg, kondisi wisma sebagai tempat ce bernaung selain rumah ce yang jauh di sana sudah menjadi lingkungan yang cukup kondusif. Baik untuk intensitas ibadah maupun belajar ce. Baik untuk interaksi ce dengan banyak orang (beda dengan kost2an yang orangnya notabene itu2 saja, kalo wisma ada system rolling, jadi temen serumah kita ngga itu2 aja), sekalian melatih diri ce untuk memahami orang lain, mengontrol ego ce, mengevaluasi segala yang ce perbuat, apalagi kalo itu ngerugiin orang. Belajar untuk berbagi, menekan keinginan untuk individualitas, belajar utk saling tolong menolong.

Meski ada juga hal2 yang ga ce suka(spt yg ce bilang di awal)

Karna ga semua orang cinta kebersihan dan kerapian.

Karna ga semua orang bisa meluangkan waktu sibuknya untuk duduk sejenak atau berkecimpung pada kegiatan yang dilakukan bersama2.

Karna ga semua orang peduli dengan tanggungjawabnya.

Karna ga semua orang bisa patuh pada peraturan yang bahkan dibuat atas persetujuannya.

Karna ga semua orang bisa menularkan energy positifnya, yang berbakat menularkan energy negatifnya pun ada, hingga kita bisa terpengaruh.


 


 

Tapi bijaksanakah kita meninggalkan lingkungan ini hanya karna

Mereka malas piket?

Mereka jarang di rumah, lalai kewajiban?

Mereka bikin ga konsen kita belajar?

Mereka pernah bikin kita sakit hati?

Mereka ikut campur urusan kita, ngelarang2 kita ini itu, melarang kita nonton apa yang kita ingin tonton, melarang bergaul dengan orang yang kita inginkan, melarang kita TTM atau pacaran?

Hmmm…., hal diatas bukankah masih ada solusi selain give up dan menjauh dari mereka? Beneran yang semua pikir itu bener, dan yg mereka pikir itu salah?


 

Sedih rasanya, ketika tau ada saudara/i kita yang memisahkan dirinya, dari lingkungan2 kondusif itu, apalagi sebelum2nya ia sudah menunjukkan indikasi2 ke-futur-an nya dan mencari banyak alasan untuk melepaskan diri dari lingkungan itu dan memilih untuk lingkungan yang dikhawatirkan untuk mewarnainya bukan dengan kebaikan tapi malah sebaliknya.


 

Pernah seorang sahabat yang ketika itu akan memasuki lingkungan yang ia rasa akan sedikit banyak membuat ia 'berubah', ia merasa seakan2 menjadi kupu-kupu yang terbang sendirian, ketika lelah tak ada yang rela menemani sejenak dan menghibur, tak ada yang ketika tersasar ia akan diingatkan lagi tujuan awalnya. Tapi meski ia sudah aware dengan kondisi itu jauh2 hari, tetap saja lingkungan itu mewarnainya, meski tak 100%, tapi ce rasa ia sudah hebat, bisa bertahan, ya.. bisa bertahan…


 

Tapi ketika tadi, berdiskusi dengan seorang lagi yang ingin melepaskan diri, dan bersikeras untuk akan bisa bertahan di luaran sana, hmmm ia yang selama ini terbiasa 'steril', ketika memasuki dunia kampus, ada euphoria kebebasan yang ternyata ujung2nya membawa melanggar prinsip2 aurat dan interaksi lawan jenis. Ia merasa sudah bisa mewarnai lingkungan barunya, tapi kami rasa tidak, ia yang jelas2 terwarnai, ia telah berubah….


 

Suka atau tidak, itu sudah keputusannya, keluar dari lingkungan kondusif ini dengan kondisi ia yang 'imunitas iman'nya sedang bermasalah, berhudznuzhan saja ia sudah siap dan mampu untuk bertahan…bertahan untuk kebenaran itu.


 

*buat seorang lagi saudari ce yang pindah dari wisma besok siang

Sedih…sedih…sedih… tapi mo gimana….

7 komentar:

nike mengatakan...

kadang g semua yang kita inginkan dapat terwujud c. tidak semua hal yang kita rasakan dapat dirasakan oleh orang lain.... kadang kita kita hanya dapat menangis dan merutuki diri ketika teman dekat yang seharusnya kita jaga tiba-tiba tak beriringn dengan kita lagi, pasti perih rasanya.... terkadang hal yang kita anggap naik terkadang menyakitka bagi orang lain ukh....
tapi satu hal yang dapat ke ucapkan...
jangan pernah menyerah dan lelah untuk mengingatkan saudara kita yang tak ada disamping kita lagi...
from your sist
nike

malopes mengatakan...

You seen http://healthi.com

micelia amalia sari mengatakan...

@nike
thx a lot sist..

ke...ce mo curhat...
call me please

@maloples
thx for visiting
i'll visit u...

Anonim mengatakan...

untuk yang terbang sendiri, senantiasa didampingi ya c...

ce sangat jeli dan bijak memaknai wisma.. smangat kawis BJ..

venny mengatakan...

sedih emang ce..
apalagi kk..
kk merasa gagal jd kawis, mungkin ada kesalahan kk dari keluarnya saudari kita itu..

astaghfirullah...

micelia amalia sari mengatakan...

@ k imel
insyaAllah ce akan temani ia terbang (if i could, cariin ce sayap dunk, hehe)

kakak...jangan buka rahasia ce di sini dunk..., malllu, hehe

@k venny
hmm emg brt jadi kawis kak, tj nya berasa bgt..
ce jg pernah merasa gagal jd kawis, n sampe skrg msh merasa blm pantas, huhu
tp kk jg jgn terlalu mikirin itu, hrs smgt lagi k, hrs optimis..hamasah!!

Anonim mengatakan...

I have thought and have removed the message

tweets

temen-temen

translate it

Google-Translate-Chinese (Simplified) BETA Google-Translate-English to French Google-Translate-English to German Google-Translate-English to Italian
Google-Translate-English to Japanese BETA Google-Translate-English to Korean BETA Google-Translate-English to Russian BETA Google-Translate-English to Spanish
Powered by
Grab this widget